PENTINGNYA GENERASI PENERUS USAHA
MEMPERSIAPKAN GENERASI PENERUS
USAHA DI MASA MENDATANG
PELANGGAN : WARISAN TAK TERNILAI
Oleh : Soeksmono Atmowardojo
Hampir kebanyakan orang yang
merintis usaha dari awal atau mungkin istilahnya dari nol, memulainya karena
alasan untuk bertahan hidup, hanya ini yang bisa dilakukan, dan atau karena
terpaksa tidak ada pilihan. Di sisi lain ada harapan, ada doa, dan ada impian
untuk mempersiapkan masa depan bagi anak-anaknya yang menurutnya masa depan
yang “lebih baik”. Hal ini disertai dengan pemikiran agar anak cucunya kelak
akan memperoleh pekerjaan yang lebih menjanjikan di masa depannya. Sesuatu yang
lumrah dan wajar mengenai harapan demikian yang pada umumnya ada di benak para
pengusaha UMKM. Seiring berjalannya waktu, tak terasa perjuangan mengembangkan
usaha dari waktu ke waktu ternyata sedemikian luar biasa, lebih dari yang
dibayangkan, lebih dari sekedar untuk bertahan hidup. Anak-anak sudah bertumbuh
besar, dan tak terkira hasil keringat, beban pikiran, juga beban perasaan telah
memberikan kesejahteraan lebih bagi keluarga. Setelah puluhan tahun berjalan
hasil usaha sudah dapat dirasakan manfaatnya bagi keluarga, omzet yang
diperoleh sudah lebih dari kata lumayan setiap hari, setiap minggu, ataupun
setiap bulannya. Di penghujung waktu memasuki usia senja, barulah raga
merasakan titik puncak untuk beristirahat menepi dari kesibukan, pikiran pun
baru sempat menenangkan dari rutinitas yang ada, renungan yang muncul,
tersentaklah kesadaran yang ada, kalau sudah tiada, siapa yang akan meneruskan
usaha, siapa yang akan melayani para pelanggan setia, butuh waktu panjang bangun
usaha dengan pendapatan sebesar ini, layakkah berhenti begitu saja?
Pola pikir di awal yang tertanam
bahwa usaha sekedar untuk menyambung hidup, bukanlah sesuatu yang keliru, ini
soal pilihan, namun ini sangat mempengaruhi tindakan dan sikap kita
sehari-hari. Akan berbeda di saat pola pikirnya berkata bahwa usaha yang
dirintis apabila berhasil harus diwariskan kepada anak cucu. Tentu tindakan dan
sikap yang akan dilakukan tanpa disadari akan sangat mempengaruhi kebiasaan
sehari-hari. Contoh, di saat anak sudah tumbuh logikanya, sudah dapat dimintai
tolong, sudah dapat diajak ngobrol, orangtua pasti akan menceritakan jejak rekam
membangun usahanya, tujuan dan maksud membangun usahanya Dan di saat usia anak
6 sampai 10 tahun sudah dilibatkan dalam usaha orangtua serta setiap hari
menyampaikan kalimat, “Bapak ibu titip usaha ini nanti kamu kembangkan ya Nak.”
Maka itulah proses awal mempersiapkan penerus usaha sudah dimulai.
Telanjur sadar di saat anak usia remaja
Bagaimana kalau usia anak sudah
telanjur remaja dan baru kali ini tersadar? Adakah cara lain untuk
mempersiapkan generasi penerus? Terlambat siy iya, namun harapan itu masih
selalu ada. Ijinkan berbagi pengalaman dengan para pelaku usaha yang pernah
berkeluh kesah mengenai hal ini. Yuk kita simak beberapa tipnya.
Ajaklah anak menikmati suasana
usaha yang ada, tanpa berbicara apapun terlebih dulu, berikan waktu entah sehari,
seminggu, bahkan lebih dari satu bulan tergantung kondisi mood sang anak,
ijinkan auranya merasakan terlebih dulu mengenai suasana usaha yang ada. Lamban
tapi pasti berikan kepercayaan untuknya menerima uang, menghitung uang, dan
ngobrol santai cara mengelola uang untuk strategi usaha. Buatlah kondisi
senyaman mungkin, di saat memiliki omset besar, nikmati keuntungan yang lumayan
tersebut untuk memanjakannya mengajak makan di luar, dan sampaikan rasa terima
kasih ke sang anak telah membantu usaha. Ceritakan mengenai masa depan usaha
yang ada nanti itu seperti apa, ceritakan harapan-harapan positif mengenai
nasib usaha tersebut di masa mendatang, dan manfaat apa saja yang diperoleh
saat anak nanti mau dan mampu menjalankan usaha tersebut.
Proses di atas tergantung kondisi
dan situasinya, kesabaran memegang peran sangat penting, dan tentu doa agar
(salah satu) anak menjadi generasi penerus usaha orangtuanya. Di saat semua
informasi, pesan, dan harapan usaha yang ada sudah terserap oleh sang anak,
maka teknis pengelolaan usaha dapat dimulai. Beritahu anak semuanya secara
pelan, bertahap, dan berkelanjutan, apabila sudah paham lanjutkan dengan
praktek, dan tahap terakhir berikan kepercayaan namun tetap harus dalam
monitor. Sekali lagi ini tergantung kondisi dan situasi yang ada. Apabila
kondisi usaha memiliki banyak karyawan, usahakan anak dapat berbaur dan bergaul
dengan karyawan, sehingga anak akan paham benar apa yang menjadi kendala bagi
para karyawan. Disamping itu, para karyawan merasa dihargai dengan kehadiran
anak pemilik usaha di tengah mereka. Beberapa kongkomerat Indonesia terkenal
bahkan mendidik anaknya untuk meneruskan dan mewariskan usahanya dimulai dari
menjadi tenaga pembersih (Office Boy), bisa baca pengalaman Bapak Rahmat Gobel,
beliau generasi kedua dari Panasonic Gobel Group, ayahnya yang merupakan
generasi pertama, bernama Thayeb Mohammad Gobel. Ini linknya :
Didikan dan bimbingan orang tua
sangat berperan di sini, pendidikan anak terus berjalan namun usaha yang telah
dirintis orangtua tetap dilanjutkan pada saatnya tiba.
Strategi usaha yang telah berkembang meski tanpa penerus yang
menjalankan
Selama ada niat yang baik, apapun
kondisinya, semoga selalu ada jalan keluar sebagai solusinya. Tidak ada yang
keliru, yang ada yakni sebuah pilihan. Anak-anak yang seharusnya menjadi
generasi penerus usaha, ternyata telah memilih jalannya sendiri, bisa jadi itu
karena doa dan harapan orangtua yang selalu dipanjatkan dalam ibadahnya. Terus
bagaimana ya solusinya kalau usaha sudah berkembang besar, apakah harus
berhenti begitu saja pada saat pemilik dan pendiri usaha meninggal?
Ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, namun catatan di awal, konsultasikan strateginya dengan orang yang
paham hukum, perjanjian, dan legalitas. Di sini lebih pada ramuan model
strategi dalam melanjutkan usaha (baca : setelah pendiri dan pemilik usaha
nantinya sudah meninggal) yang sudah berkembang. Yang pertama kali harus
dilakukan yakni ajak semua keluarga untuk berdiskusi mengenai kemungkinan
strategi usaha ini, pastikan adakah anggota keluarga, khususnya anak-anak untuk
melanjutkan usaha. Apabila sudah dipastikan, paparkan, diskusikan apa yang
menjadi strategi untuk melanjutkan usaha.
Yang kedua, buat beberapa pilihan
skenario agar usaha terus berkembang, agar jelas dan aman buatlah badan hukum
berupa perseroan terbatas. Buat struktur organisasi di dalamnya, siapa saja
yang berada di dalam struktur tersebut. Dan tentunya buat Anggaran Dasar Rumah
Tangga juga, agar semua yang duduk di struktur perusahaan paham menjalankan
perusahaan dan mencapai visi misi perusahaan. Badan hukum ini ibarat
“kendaraan” yang akan dipakai, dan mau dikemudikan kemana. Ada batasan hukum
yang mengikat, sementara kalau masih dijalankan perorangan maka di saat orang
yang menjalankan tersebut meninggal maka apapun bisa terjadi, bahkan usaha yang
sudah berkembang akan menjadi incaran banyak orang.
Yang ketiga, buat strategi apa
yang sekiranya cocok untuk memastikan usaha terus berkembang tanpa batas waktu
tertentu. Misal untuk usaha kuliner, kemungkinan besar yang sering dipilih,
yakni dibuat model waralaba (franchise). Bisa dipelajari juga bagaimana gerai Mc
Donald, KFC, Dunkin Donuts masih terus berkembang ke seluruh dunia meski para
pendiri dan pemilik awalnya sudah meninggal dunia. Untuk usaha yang berbasis
pada produksi, bisa mempelajari bagaimana perusahaan Coca Cola atau Pepsi
sampai saat ini terus memasarkan produknya dan berkembang di seluruh dunia.
Pelajari bagaimana brand terkenal masih bisa terus berkembang meski pendirinya
sudah wafat, contoh beberapa produk fashion seperti Gucci, Armani, House of
Versace, Fendi, dan yang lainnya. Untuk ekspedisi, brand yang melegenda ada
Fedex, TNT, atau UPS. Sehingga sesuaikan usaha yang dimiliki, kemudian cari
perusahaan yang sejenis dan yang sudah lama berdiri, kemudian pelajari
bagaimana cara untuk dapat terus berkembang.
Namun bagaimana kalau skala
usahanya masil “kecil”, sementara pemasukan setiap bulan sudah lumayan stabil?
Misal seperti bengkel las, bengkel mobil, kedai soto, kantin makanan sekolah,
atau kios pulsa? Sebisa mungkin untuk membujuk anak yang sekiranya masih
mungkin mau dan mampu meneruskan usaha tersebut, atau usahakan dari para
anggota keluarga inti yang bersedia melanjutkan usaha, misalkan menantu. Namun
sebelum membuat beberapa strategi, ada baiknya patenkan semua identitas usaha,
dan kalau memang ada produk yang perlu dipatenkan, sebaiknya lakukan terlebih
dulu. Buat surat wasiat di depan notaris, usia tidak ada yang tahu kapan
seseorang akan meninggal. Dengan membuat surat wasiat di depan notaris bersama
keluarga, setidaknya telah melindungi usaha yang telah dirintis untuk keluarga.
Hal ini pernah dialami seorang teman yang memiliki usaha ekspedisi, yang mana
pada saat hidupnya memiliki beberapa klien (pelanggan) perusahan besar, dan
pada saat meninggal, wasiat yang telah dibuat tertinggal tanpa tandatangan,
yang ada hanyalah penyesalan seumur hidup para ahli warisnya. Tanpa ada surat
wasiat di depan notaris, perusahaan mitra teman yang meninggal tersebut berhak
mengambil alih pelayanan terhadap beberapa pelanggan setia teman tersebut. Belajar
dari pengalaman tersebut, renungkanlah apa yang seharusnya dan sebaiknya yang
dilakukan.
Apabila daya upaya untuk membujuk
dan mengajak keluarga tetap tidak membuahkan hasil, maka ada beberapa strategi
seperti :
- Jual putus secara keseluruhan, ini keputusan yang sangat ekstrim, sebagian menghitung dengan cara, harga normal pasar tempat dan lokasi usaha berikut lengkap dengan peralatan yang ada ditambah 12x omset yang ada, bahkan ada yang sampai 24x omset.
- Jual mitra (ada penyertaan modal dan dijalankan oleh mitra), dijual dan lakukan kemitraan dengan model bagi hasil, penghitungan bagi hasil tergantung kesepakatan. Buat perjanjian tertulis dan sangat disarankan perjanjian terikat dan dibuat di depan notaris.
- Apabila usaha tersebut memiliki produk dan produk tersebut sudah punya nama (brand-sudah dipatenkan) dengan pelanggan yang lumayan banyak, maka jualah brand tersebut ke mitra yang sekiranya cocok dan sepadan. Contoh kasus ini adalah produk kecap dengan brand ternama yang mana awalnya produk rumahan namun pada saat generasi kedua akan menyerahkan ke generasi ketiga sudah tidak ada yang mau, singkat cerita brand produk tersebut dijual ke perusahaan yang sangat ternama di Indonesia, kesepakatannya adalah ahli waris dari keluarga pemilik brand tersebut memperoleh persentase tertentu dari hasil keuntungan penjualan produk tersebut setiap tahunnya.
- Wakafkan usaha tersebut semuanya ke pesantren, yayasan keagamaan, ataukah orang yang amanah dan berkompeten untuk mengelola usaha namun memiliki jiwa sosial tinggi. Usaha yang sehat dan memiliki keuntungan yang stabil tentu akan memberikan kontribusi amal jariyah bagi para pengelolanya, dan tentu sang pendiri atau pemilik usaha yang meninggal, akan memperoleh nilai kebaikan yang berlimpah sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya.
Dari beberapa strategi untuk
kelanjutan penerus usaha dengan skala “kecil”, penulis baru menemukan 4
strategi tersebut di atas. Ingat sebuah pesan dari seorang pengusaha yang arif
nan bijaksana, “Harta boleh habis, aset bisa hilang, namun di saat masih banyak
pelanggan yang percaya dengan pelayanan usahamu, akan masih selalu ada
kesempatan untuk bangkit.” Pelangganlah yang membuat usaha akan selalu hidup
dan dikenang. Dan akhirnya hal yang perlu direnungkan yakni usaha yang sudah
dirintis lama dengan penuh pengorbanan, dan telah banyak memiliki pelanggan,
apakah harus berakhir seiring dengan usainya usia kita?
Menjelang Ramadhan 1441 H
Mantap
BalasHapusTulisan yang membangun dan memotivasi kami sebagai para UMKM yang siap bangkit dan siap mengguncangkan dunia.
kami masih tetap membutuhkan sentuhan sentuhan dari bapak dalam meyikapi keadaan dan perputaran roda kehidupan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusUnknown19 April 2020 05.53
BalasHapusSemangat
Tulisan yang dapat memotivasi para umkm yang punya masalah tsb..supaya jangan patah semangat meski miris klu mengingat ke depan usaha kita g ada yg nerusin...trims pencerahan ya pak😊